MUSTAHAK MIMPI
Lamunan siang hari memecah sanubari
Berlalu-lalang menambah beban hati
Kebisingan menggiring ekspektasi untuk dipenuhi
Lantas pantaskah aku begini
Orang bilang, tidak semua insan punya mimpi
Seakan mimpi hanya mampu digapai oleh dia yang bermateri
Dengan segudang harta, gemah ripah loh jinawi
Hingga setiap nominal yang terhitung, menggugurkan asa yang tergantung
Anak petani yang terbakar matahari
Mengais hasil panen tak pasti
Bahkan tak kunjung berdikari karena tercekik harga diri
Apakah dia punya mimpi?
Bagaimana dengan kawan yang bekerja pagi buta hingga malam suntuk?
Tak sempat bercengkerama dengan sanak saudara
Waktu luang tersita hanya untuk merebahkan raga
Apakah dia punya mimpi?
Lalu kita saksikan di jalanan Kota, banyak bibit bangsa bergelimpangan
Bernyanyi dengan suara sumbang
Telapak tangan menengadah menuntut rupiah
Berharap sambutan materi demi sesuap nasi
Saya tanya dengan lantang, apakah mereka masih punya mimpi?
Sedangkan tuk hidupi dirinya saja mereka berpikir dua kali
Lantas bagaimana mimpi bisa hadir di benaknya?
Mustahak mimpi sejatinya tidak bertuan
Pun tidak dipertuankan
Ia hadir bagi siapapun yang mau berjuang
Dengan semangat yang tak usang
Mimpi tak selalu berbicara tentang sesuatu yang besar
Tak selalu tentang ide cemerlang di luar nalar
Bahkan dengan kalkulasi terlampau tinggi
Seakan kau ingin menggapai matahari
Namun tentang meracik benih padi ideal guna mendulang panen maksimal
Tentang merelakan waktu luang ditengah pekerjaan untuk belajar hal baru
Hingga menyempurnakan gitar yang sumbang dengan kreatifitas matang
Pada akhirnya,
Setiap insan berhak punya mimpi
Yang diperjuangkan dengan cara apapun
Dan dinikmati oleh siapapun
Tanpa dihakimi "orang bermimpi".
Komentar